Universitas Trunojoyo Madura (UTM) menjadi salah satu perguruan tinggi yang aktif dalam melestarikan mangrove di pesisir pantai Madura.
Baru-baru ini, UTM sukses menggelar kegiatan International Mangrove Conservation bersama sejumlah mahasiswa asing. Mereka berasal dari kampus The University of Western Australia, Murdoch University, Curtin University, University of Notre Dame Australia, dan Edith Cowan University, serta mahasiswa dari 10 perguruan tinggi negeri di Jawa Timur, pada 4 Juli 2024.
Kegiatan ini terlaksana berkat kerjasama International Relation Office (IRO) UTM dengan sejumlah perguruan tinggi di luar negeri. Hingga saat ini, UTM secara aktif terus memperluas jalinan kerjasama dengan mengadakan kegiatan bersama instansi pendidikan, penelitian dan swasta dari berbagai negara.
International Short Course dan Mangrove Conservation merupakan dua kegiatan rutin yang digelar bersama mahasiswa Australia, yang tergabung dalam Western Australia East Java University Consortium (WAEJUC).
Agenda International Mangrove Conservation tersebut rutin dilaksanakan bersama mahasiswa dan dosen dari berbagai negara. Mengingat hingga saat ini, pulau Madura dikenal sebagai salah satu daerah yang memiliki ekosistem mangrove terbesar di Jawa Timur.
Syahrul Arief, pengurus International Relation Office Universitas Trunojoyo Madura menjelaskan bahwa kegiatan international mangrove conservation seperti ini akan menjadi agenda rutin untuk mendukung program World Class University, termasuk saat kedatangan mahasiswa Palacky University Olomouc dari Cheko.
Para peserta International Mangrove Conservation cukup antusias melaksanakan instruksi dari Rizka Rahmana Putri, M.Agr, sebagai salah satu instruktur dalam penanaman bibit mangrove di Taman Pendidikan Mangrove Labuhan.
Mulai dari cara memilih bibit mangrove yang baik, memilih lokasi penanaman yang sesuai, proses penanaman dan pengikatan bibit agar kuat tidak terbawa arus.
Helen, mahasiswi Edith Cowan University menceritakan bahwa di Australia ada juga mangrove tetapi pohonnya kecil, tidak luas dan jenisnya tidak sebanyak yang ada di sini.
Berbeda dengan James, Mahasiswa dari University Of Western Australia tersebut mengaku sangat terkesan dengan keanekaragaman mangrove Madura, di Autralia dirinya hanya bisa melihat pasir dan batu pantai.
Kegiatan International Mangrove Conservation tersebut melibatkan beberapa program studi di Fakultas Pertanian UTM.
Terlebih, Program Studi Magister PSDA yang terus berkomitmen di bidang konservasi, konsisten bermitra dengan IRO dalam setiap kegiatan internasional di Madura.
Kegiatan penanaman mangrove di Madura juga perlu digalakkan. Menurut Dr. Akhmad Farid, pakar bidang pengelolaan sumber daya perairan menyebutkan bahwa, Indonesia mempunyai luas mangrove 3.364.080 Hektar, dan 15.118,1 Hektar terdapat di Pulau Madura.
“Tetapi sangat disayangkan luasannya terus berkurang, hingga saat ini luasan ekosistem mangrove di Madura telah berkurang lebih dari 5000 Hektar. Untuk itu, menduniakan mangrove sebagai ikon konservasi kawasan pesisir sangatlah tepat,” ujarnya.
Sementara itu, Dr. Agr. Eko Setiawan menyebutkan jika keberadaan mangrove berperan penting untuk merehabilitasi lahan serta konservasi tanah di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan tipologi pantai berlumpur.
“Mempunyai jenis akar tunggang dan akar nafas dengan pertumbuhan yang melebar sehingga penanaman konservasi mangrove disepanjang pesisir, dapat berfungsi sebagai pelindung pantai dari gelombang tinggi dan abrasi,” pungkasnya.